Beranda | Artikel
Masalah-Masalah Terkait Mandi Besar
Senin, 15 Maret 2021

Bersama Pemateri :
Ustadz Musyaffa Ad-Dariny

Masalah-Masalah Terkait Mandi Besar ini merupakan bagian dari kajian Islam ilmiah Kitab Shahihu Fiqhis Sunnah wa Adillatuhu yang disampaikan oleh Ustadz Dr. Musyaffa Ad-Dariny, M.A. Hafidzahullah. Kajian ini disampaikan pada Senin, 1 Sya’ban 1442 H / 15 Maret 2021 M.

Download kajian sebelumnya: Sunnah-Sunnah Mandi Besar

Kajian Tentang Masalah-Masalah Terkait Mandi Besar

1. Mandi besarnya perempuan

Mandi besarnya perempuan apakah sama dengan mandi besarnya laki-laki? Maka jawabannya bahwa mandi besarnya perempuan sama persis dengan mandi besarnya laki-laki. Hanya saja ada perbedaan dari sisi tidak wajibnya seorang perempuan membuka kunciran rambutnya saat mandi besar. Ini yang berkaitan dengan mandi besar selain mandi besar dari haid dan nifas. Misalnya mandi besar karena mimpi basah, mandi besar karena berhubungan badan dengan suami, mandi besar karena ihram, mandi besar karena ingin shalat Jumat.

Mandi besar selain untuk haid dan nifas bagi seorang perempuan tidak diwajibkan untuk membuka kunciran rambutnya. Konsekuensinya akan ada rambut yang tidak terkena air, terutama yang berada di bagian dalam. Kenapa ini dikecualikan? Karena kalau ini diwajibkan, maka akan sangat memberatkan kaum wanita. Dan inilah yang sesuai dengan hadits Maimunah Radhiyallahu Ta’ala ‘Anha, beliau pernah mengatakan:

يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنِّي امْرَأَةٌ أَشُدُّ ضَفْرَ رَأْسِي فَأَنْقُضُهُ لِغُسْلِ الْجَنَابَةِ

“Wahai Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, aku adalah seorang perempuan yang mengikat kunciran-kunciran rambutku, apakah aku harus membukanya untuk mandi jinabah?”

Maka Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengatakan:

لاَ إِنَّمَا يَكْفِيكِ أَنْ تَحْثِي عَلَى رَأْسِكِ ثَلاَثَ حَثَيَاتٍ ثُمَّ تُفِيضِينَ عَلَيْكِ الْمَاءَ فَتَطْهُرِينَ

“Tidak perlu engkau buka kunciran-kunciran rambutmu, cukup bagimu mengguyurkan air ke kepalamu sebanyak tiga kali. Kemudian setelah itu guyurkan air ke badanmu. Dengan begitu engkau menjadi suci.” (HR. Muslim)

Ketika Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengatakan “tidak perlu,” Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tahu konsekuensi bahwa akan ada rambut di dalam kunciran yang tidak terkena air sebagaimana kita tahu konsekuensi itu. Maka ini menunjukkan bahwa bagi seorang wanita tidak diwajibkan untuk menyampaikan air sampai ke pangkal-pangkal rambutnya. Tidak ada kewajiban seperti ini sebagaimana kewajiban ini ada pada laki-laki.

Hal ini karena Islam adalah agama yang memberikan kemudahan.

اﻟﻤﺸﻘﺔ ﺗﺠﻠﺐ اﻟﺘﻴﺴﻴﺮ

“Sesuatu yang sulit itu akan mendatangkan kemudahan.”

Hal ini juga berdasarkan apa yang dilakukan oleh ibunda kita ‘Aisyah Radhiyallahu Ta’ala ‘Anha ketika mendengar sahabat Abdullah Ibnu ‘Umar memerintahkan para wanita untuk membuka kunciran-kunciran rambut mereka saat mandi. ‘Aisyah Radhiyallahu Ta’ala ‘Anha mengingkari apa yang dikatakan oleh sahabat Ibnu ‘Umar, karena beliau tahu bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tidak mewajibkan hal itu.

Berbeda mandi besar karena suci dari haid atau nifas. Menurut sebagian ulama dan pendapat ini saya lihat pendapat paling kuat, bahwa ada kewajiban untuk membuka kunciran rambutnya, walaupun jumhur menyelisihi hal ini. Namun ada dalil khusus yang saya lihat menguatkan pendapat yang mewajibkan para wanita untuk membuka kunciran rambutnya. Yaitu hadits dari ibunda kita ‘Aisyah Radhiyallahu Ta’ala ‘Anha, beliau pernah mengatakan: “Asma’ pernah bertanya kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tentang mandinya orang selesai haid, maka Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengatakan:

تَأْخُذُ إحْدَاكُنَّ مَاءَهَا وسِدْرَتَهَا، فَتَطَهَّرُ فَتُحْسِنُ الطُّهُورَ، ثُمَّ تَصُبُّ علَى رَأْسِهَا فَتَدْلُكُهُ دَلْكًا شَدِيدًا حتَّى تَبْلُغَ شُؤُونَ رَأْسِهَا، ثُمَّ تَصُبُّ عَلَيْهَا المَاءَ

“Silahkan salah seorang dari kalian yang suci dari haidnya mengambil air dan daun bidara, kemudian hendaklah dia membaguskan wudhunya. Kemudian setelah itu guyurkan air ke kepalanya dan gosokkan air tersebut ke kepalanya dengan gosokan yang kuat sampai air tersebut mencapai pangkal pangkal-pangkal rambutnya. Kemudian setelah itu guyurkan air ke badannya. Kemudian setelah itu hendaklah dia mengambil kain yang dikasih parfum misik, lalu dia gunakan untuk mensucikan dirinya (maksudnya adalah menggunakan parfum tersebut untuk memarfumi bagian-bagian yang tadinya terkena darah haid.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Lalu apa saja masalah-masalah terkait mandi besar? Download mp3 kajian dan simak penjelasan yang penuh manfaat ini..

Download mp3 Kajian


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/49945-masalah-masalah-terkait-mandi-besar/